Menjadi suatu kewajiban bagi umat muslim untuk meyakini bahwasanya orang yang pertama kali Allah ciptakan dalam proses kehidupan ini adalah Nabi Adam AS. Hal ini banyak tergambar dalam Al-Qur`an. Dalam rukun iman kita juga diajarkan dari tingkat dasar (SD) sampai perguruan tinggi bahwasanya nabi dan sekaligus rasul yang menyebarkan syariat Allah (islam) yang pertama adalah Nabi Adam AS. Saya mengatakan syariat Allah karena pemakaian kata syariat Islam hanya ada pada saat ketika Allah mengutus Rasulullah SAW menyebarkan agama Islam, tetapi pada dasarnya esensinya adalah sama yaitu menyebarkan ajaran-ajaran dan aturan-aturan yang bersumber dari Allah SWT.
Pembahasan saya dalam artikel ini bukanlah tentang bagaimana Nabi Adam AS menyebarkan syariat-syariat Allah itu, tetapi melainkan mengapa nabi Adam AS diciptakan disurga dan apa relasinya dengan hakikat dari manusia itu sendiri?
Penciptaan Nabi Adam di dalam surga bukanlah hal yang cukup saja kita yakini, tetapi lebih dari itu kita dapat mengkaji hal tersebut, filosofi apa yang terkandung didalamya? sehingga menjadi suatu ilmu pengetahuan yang dapat kita diskusikan dan sebarluaskan sehingga kita sebagai manusia betul-betul paham dan mengerti akan penciptaan Nabi Adam di dalam surga yang pada akhitnya dapat menambah keimanan kita. Bukankah Allah sendiri yang mengatakan bahwasaNya Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan sekaligus berilmu.
Untuk itu ada 2 hal yang harus kita ketahui untuk menjawab filosofi dari penciptaan Nabi Adam AS diciptakan di dalam surga dan kaitannya dengan hakikat manusia adalah:
Pertama, Kampung halaman Nabi Adam AS dan keturunannya manusia adalah akhirat (surga). Dunia hanya perantauan tempat mengumpulkan bekal menuju perjalanan ke akhirat (surga). Jadi kita harus tanamkan dalam hati kita bahwasanya perjalanan terakhir kita adalah akhirat sebagaimana Allah katakan “dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan” (Q.S. Al-Baqarah:36). Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan bahwasanya dimuka bumi Allah telah berikan penghidupan yang dapat dinikmati manusia, manusia dapat hidup, dapat makan, dapat minum dapat istirahat, dapat bekerja tetapi kata Allah hanya sedikit orang yang pandai bersyukur atas nikmat hidup itu (Q.S Al-A`raf: 10).
Kedua, Penciptaan nabi Adam AS disurga adalah karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang paling mulia dan paling shalih dibandingkan yang lainnya. Sehingga pada akhirnya semua akan menuju kebaikan pula (surga). Hal ini sudah jauh-jauh Allah jelaskan dalam Al-qur`an “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi.” maka Malaikat berkata: “Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orang yang membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji dan mensucikan engkau?” Tuhan berfirman: “sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Ayat ini memberikan penjelasan kepada kita manusia pada fitrahnya adalah baik, suci, dan bersih. Jauh-jauh hari juga Rasulullah SAW ingatkan bahwasanya “setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, suci, bersih tiada dosa....”.
Tetapi dalam perkembangannya manusia tidak dapat mempertahankan kefitrahannya karena godaan iblis yang telah Allah berikan kepadanya kewenangan untuk menjerumuskan manusia kepada kemaksiatan, maka terkadang perilaku manusia seperti bahkan melebihi binatang. Allah memberi tangguh kepada Iblis untuk menggoda manusia, menjerumsukan manusia dari depan, belakang, kiri, kanan sampai tibanya hari kiamat, selain itu iblis tidak akan pernah mati layaknya manusia dan terus berembangbiak sampai tibanya hari kiamat.
Lantas apa yang harus kita lakukan kalau pada hakikatnya dunia adalah sementara, dan bagaimana pula agar kita menjadi tetap ahli surga tanpa terlebih dahulu merasakan panasnya api neraka? Maka yang harus kita lakukan adalah mengabdi kepada Allah, bertaqwa kepadaNya sebagaimana Allah katakan “Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu” ( Q.S Adz-Dzariyat:56).
Wallahu`alam
Baca Juga: