Suatu ketika saya pernah ditelepon oleh salah satu mahasiswa yang dulu pernah saya ajar. Awalnya beliau meminta agar saya dapat memberikan masukan terkait judul skripsi. Maklum saja beliau sudah masuk semester tujuh. Mahasiswa saya ini sebenarnya jauh lebih tua dibandingkan saya ya sekitar 4o tahunlah umurnya. Sayapun merespon positif permohonan beliau dengan menyuruh datang kerumah kitapun berdiskusi. Pertemuan kali pertama ini belum membuahkan hasil, karena saya hanya memberikan arahan saja. Singkat cerita saya kembali ditelepon oleh beliau dan istrinya. Mereka berdua meminta tolong kepada saya untuk dibuatkan skripsi. Sayapun bertanya dibuatkan bagaimana. Ternyata pengertian dibuatkan itu adalah saya diminta untuk membuat skripsi mulai dari judul sampai menjadi skripsi yang utuh yang mana ide dan fikirannya saya.
Pada zaman sekarang, tampilan berlaku jujur didalam masyarakat sulit kita temukan. Banyak masyarakat yang tidak memiliki kesadaran dan kepedulian tentang berlaku jujur. Padahal berlaku jujurlah adalah suatu kewajiban dan perbuatan yang mulia. Kepentingan pribadi yang bersifat materi (berharga) dan agar kepentingan itu berjalan mulus seringkali menjadi alasan seseorang untuk tidak berlaku jujur. Meskipun tidak jarang sampai menggadaikan keimanan dan harga diri.
Jika kita perhatikan perbuatan mahasiswa tadi sangatlah disayangkan, apalah gunanya selembar ijazah ketika membuat tugas akhir saja tidak jujur. Padahal jika kita melihat mahasiswa yang bekerja keras, bersikap jujur selama perkuliahannya sampai tibanya sidang proposal dan sidang skripsi begitu bahagianya dia, begitu terharunya dia sampai ada yang meneteskan air mata. Hal ini tak lain dan tak bukan karena dia merasakan proses kerja keras dan perjuangan itu. Ketika wisuda sering juga kita menyaksikan kegembiraan luar biasa yang dirasakan oleh mahasiswa, bukan disebabkan karena selembar ijazah saja, tetapi dalam prosesnya sampai dititik finish dia melaluinya dengan kerja keras dan berlaku jujur.
Didalam kehidupan bermasyarakat kita memang diwajibkan untuk berlaku jujur. Baik dalam aspek berekonomi, beragama, berpolitik, bersosial, bernegara dan dalam menempuh pendidikan. Jujur berarti lurus hati, mengikuti aturan yang berlaku, tidak berbohong dan tidak melakukan kecurangan.
Begitu pentingnya sikap jujur ini sampai Allah katakan dalam Al-Qur`an surat At-Taubah:119 “bahwa Allah memerintahkan orang-orang yang beriman dan bertaqwa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya kemudian Allah perintahkan agar berteman bergaul dan bersama orang-orang yang jujur”.
Berlaku jujur juga merupakan sifat yang dimiliki para nabi dan dan para sahabat. Sehingga tak heran Rasulullah Shallahu `Alaihi Wasallam memiliki sifat Shiddiq (jujur) dan Abu Bakar pun Rasullah beri julukan Shiddiq (jujur) karena selalu membenarkan apa yang diperbuat oleh Rasulullah dan berkata jujur.
Dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan Imam Bukhari, Muslim ,Abu Dawud dan Tirmidzi, Rasulullah mewajibkan kepada ummatnya untuk berlaku jujur, karena jujur itu membawa kepada kebaikan dan surga, sebaliknya Rasulullah mengecam orang yang berdusta karena membawa kedurhakaan dan neraka.
Dengan demikian sebagai makhluk Allah yang hanya sebentar saja hidup di dunia ini, sudah semestinya kita berlomba-lomba dalam kebaikan, menabur sebanyak mungkin kemaslahatan, dan menghindari kemudharatan. Salah satunya dengan berlaku jujur dalam kehidupan bermasyarakat. Sikap jujur akan membuat orang lain menaruh kepercayaan kepada kita, sikap jujur akan membuat orang nyaman di dekat kita, sikap jujur juga akan membuat orang simpati dengan kita dan tak kalah penting bahwa kejujuran akan memudahkan kita dalam menggapai kesuksesan dunia maupun akhirat.
Saya teringat kata-kata Thomas Jefferson dan John Ruskin Jika kita menginginkan menjadi pribadi yang bijaksana dan ikut memajukan pendidikan maka manusia harus belajar tentang bab kejujuran dan mengajarkan anak didik untuk berkata jujur.
Wallahu A`lam...
Baca Juga: